Ditemukan, Detektor Kontak Mata di Otak

Saturday, October 20, 2012
foto

Menjalin kontak mata secara langsung dengan seseorang dapat memunculkan perasaan khusus. Namun, bagaimana perasaan khusus itu muncul dari sekadar kontak mata? 

Penelitian terbaru mengungkapkan aktifnya sel-sel saraf khusus di amigdala -bagian dari otak yang memproses emosi dan interaksi sosial- saat terjadi kontak mata. Neuron jenis baru ini ditemukan pada monyet rhesus (Rhesus macaque).

"Sel ini, jika dijumpai pada manusia, mungkin berperan terhadap gangguan seperti autisme dan skizofrenia, yang mempengaruhi kontak mata dan interaksi sosial," ujar Katalin Gothard, pakar neurofisiologis di Universitas Arizona di Tucson, Amerika Serikat, Rabu 17 Oktober 2012.

Gothard dan timnya menempatkan tujuh elektroda, masing-masing berukuran sepersepuluh dari ketebalan rambut manusia, pada amigdala monyet rhesus. Elektroda itu merekam aktivitas tiap sel saraf saat monyet menonton video yang menampilkan monyet lain. Pada saat bersamaan, tim mengamati tatapan mata si monyet.

Dari 151 neuron yang dapat dikenali, 23 di antaranya aktif bereaksi hanya saat monyet menatap mata monyet yang ada dalam video. Lebih spesifik, empat neuron di antaranya bereaksi lebih intens ketika monyet dalam video menatap kembali pada monyet laboratorium, seolah-olah dua primata itu menjalin kontak mata.

Neuron-neuron inilah yang berfungsi sebagai detektor kontak mata. Gothard dan timnya menamai neuron ini dengan sebutan "sel-sel mata".

"Sel-sel ini telah disetel oleh evolusi untuk melihat mata. Mereka mengekstrak informasi tentang siapa Anda, dan yang paling penting, Anda membuat kontak mata dengan saya," kata Gothard, seperti dikutip Newscientist.

Sementara itu, "sel-sel mata" lainnya bereaksi tergantung perilaku monyet dalam video, apakah ramah, agresif atau netral. Sel-sel ini tidak spesifik menanggapi kontak mata.

Martha Farah, ahli syaraf kognitif di Universitas Pennsylvania di Philadelphia, mengatakan temuan Gothard cukup masuk akal, mengingat manusia juga memiliki sel-sel mata. "Ada banyak kesamaan antara sistem visual manusia dan monyet," katanya.

Pakar yang tidak terlibat dalam penelitian Gothard ini menambahkan otak manusia berasal dari satu spesies yang mempunyai perilaku sangat sosial sekaligus sangat visual.

Gothard dan timnya akan melanjutkan penelitian untuk mengetahui efek pemberian obat terhadap peningkatan aktivitas sel-sel mata pada monyet. Ia berharap penelitian lanjutannya bisa bermanfaat untuk terapi pengobatan kondisi berkurangnya intensitas kontak mata dan interaksi sosial.

Tim berencana menyuntikkan hormon oksitosin, yang dikenal dapat meningkatkan ikatan sosial. Semprotan oksitosin telah digunakan sebagai pengobatan eksperimental untuk autisme.

"Tapi pertama-tama kami harus tahu lebih banyak tentang sel-sel ini," katanya. "Kami baru saja menemukan keberadaan mereka."

0 comments:

Post a Comment