WARUNG E’MAK BOEDOET
Friday, October 26, 2012
Warung E’Mak Boedoet ini ada di Jalan Wahidin II, Jakarta Pusat. Warung E’Mak Boedoet ini memang jadi langganan tempat makan siswa SMA Negeri 1 Jakarta dan SMK Negeri 1 Jakarta. Dulu, tahun 1980, letak warung ini persis di depan SMAN 1 di Jalan Boedi Oetomo, tetapi sejak tahun 1987 pindah ke Jalan Wahidin II.
Warung E’Mak Boedoet ini dikelola oleh Ibu Suhaenah. Buka setiap hari, kecuali Sabtu dan Minggu yang ngikutin jadwal libur pegawai dan murid sekolah. Bu Suhaenah menjual macem-macem makanan, mulai dari nasi, telur, sop iga sapi, tempe, tahu, ayam goreng, ati ayam, hingga gulai ikan mas.
Anggi dan Annisa, siswa SMKN 1 Jakarta, biasanya makan siang sepulang sekolah di Warung E’Mak Boedoet. ”Makanannya enak dan murah. Seporsi nasi atau bihun sama sambal goreng kentang cuma Rp 4.000,” kata Anggi.
Asyiknya nongkrong di Warung E’Mak Boedoet ini, kamu bisa dapat harga pelajar lho. Contohnya, makanan andalan, sop iga sapi dan gulai ikan mas, bisa kamu dapatkan dengan harga pelajar Rp 10.000.
Kalo untuk umum, misalnya pegawai negeri dan swasta yang kantornya di sekitar Warung E’Mak Boedoet, harga untuk mereka Rp 12.000. Teh manis untuk pelajar Rp 2.000, untuk pegawai Rp 3.000.
Harga untuk pelajar lebih murah karena disesuaikan dengan kantong pelajar. Harga murah itu bisa diberikan karena ada subsidi silang dari para pembeli yang notabene pegawai kantoran tadi. ”Enggak apa-apa harga makanan dimurahin buat anak sekolah, yang penting saya enggak rugi,” kata bu Suhaenah.
Menurut bu Suhaenah, dulu tahun 1980-an, siswa-siswa yang suka mampir ke Warung E’Mak Boedoet suka mengemplang. Maksudnya: makan tempe tiga, tetapi ngakunya makan satu. ”Ha-ha-ha, anak-anak itu lucu, tetapi, ya, sudahlah, namanya juga anak-anak,” kenang bu Suhaenah. Kalau anak Bandung soal begitu bilangnya ”darmaji” (dahar lima, ngaku hiji, makan lima, ngaku satu).
Lucunya, setiap kali ada reuni akbar SMAN 1, mereka yang dulu suka nongkrong di tempat Bu Suhaenah pasti menyempatkan diri bernostalgia dengan nongkrong di warung Bu Suhaenah. Bahkan, sampai bikin tenda tambahan.
Untuk ”menebus dosa” zaman dulu, mereka bahkan memberi hadiah kepada Bu Suhaenah. Bahkan, ada alumnus yang lulus tahun 1984 saat reuni memberi hadiah panci presto kepada Bu Suhaenah. Ada yang memberi uang Rp 600.000 dan Rp 250.000, ada yang mentransfer ke rekening tabungan ibu Suhaenah Rp 2 juta.
”Katanya buat bayar utang mereka yang dulu saat ngemplang ha-ha-ha. Sekarang kalau mereka makan di sini, cuma makan habis Rp 15.000, mereka bayar Rp 50.000. Enggak mau terima kembalian. Katanya buat bayar utang zaman dulu,” kata Bu Suhaenah.
SUMBER: http://m.kompas.com/news/read/data/2010.10.01.04491474
2 comments:
Tempe gorengnya sip sekali, cocok untuk makan sop iga nya.
Warung nenekku.... semoga selalu ramai dan berkah
Post a Comment